2022-04-24 14:49:08 +05:30

14 lines
971 B
Plaintext

Sang Yaksha pernah menghuni dataran Tianqiu, ia yang bertangan empat dan gagah perkasa.
Datanglah dirinya ke Chasm, diiringi lagu pujian suku bangsa.
Perjamuan diadakan, berlimpah-limpah santapan disediakan.
Bilah pedangnya diacungkan, menuju ke kedalaman, demi menjinakkan malapetaka.
Ganas bagaikan iblis, matanya menyala dengan kobaran ungu tua.
Sambaran kilat mengoyakkan bayangan maut, dan gemuruh nyaring melarutkan kegelapan.
Awan-awan menutupi jurang maut, menganga menelan cakrawala.
Angin ribut melolong tiada henti, batu raksa menyapu kegelapan.
Gunung-gunung pun gentar, dan lembah-lembah beruntuhan.
Tanah pun meraung-raung, dan seketika itu semua senyap.
Awan tebal berkumpul mengaburkan cahaya senja, burung-burung bertengger dan meratap:
"Sudahkah engkau mendengar? Tabuh gendang dari utara telah tiada, sang pahlawan telah hilang ditelan pusaran."
"Sudahkah engkau mendengar? Sang Yaksa yang berjuang demi datangnya fajar, telah terbaring menemui ajal."